Sabtu, 19 Maret 2016

Elastisitas Jangka Panjang, Jangka Pendek dan Aplikasi Konsep Elastisitas




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu ekonomi terdapat sebuah pembahasan mengenai elastisitas, dimana elastisitas yang dapat memungkinkan kita untuk menganalisa supply dan demand secara lebih tepat dan juga dapat mengukur seberapa besar respons dari pembeli dan penjual terhadap perubahan kondisi pasar yang terjadi saat ini. dalam teori tentang permintaan , besarnya perubahan permintaan sebagai akibat dari adanya perubahan harga tidak diketahui seberapa besar efeknya yang dikeahui hanyalah turun atau naik perubahan jumlah yang diminta.
Elastisitas harga dari permintaan mengukur berapa banyak perubahan jumlah permintaan akibat perubahan harga. Elastisitas pendapatan dari permintaan mengukur berapa banyak jumlah permintaan yang mengalami perubahan akibat perubahan pendapatan. Elastisitas silang harga dari permintaan mengukur berapa banyak perubahan jumlah permintaan suatu barang ketika barang yang lain mengalami perubahan harga. Elastisitas harga dari penawaran mengukur berapa banyak perubahan jumlah penawaran akibat perubahan harga.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari masing-masing elastisitas dari mulai dari elastisitas
jangka panjang dan pendek, elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran?
2. Apakah aplikasi dari konsep elastisitas?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Elastisitas jangka pendek dan jangka panjang
       Jika kita bertanya berapa banyak permintaan atau penawaran berubah karena perubahan harga, yang harus diperjelas adalah dimensi waktu perubahannya. Jika dimensi waktunya satu tahun atau kurang, kita berbicara tentang elastisitas jangka pendek. Bila lebih dari satu tahun, kita berbicara elastisitas jangka panjang.
a. Elastisitas Permintaan
     1) Elastisitas Harga
                        Untuk barang-barang yang habis dipakai dalam waktu kurang dari setahun (barang tidak tahan lama atau non durable goods), elastisitas harga lebih besar dalam jangka panjang dibanding dalam jangka pendek. Ada dua penyebab yaitu:
                 Pertama, konsumen membutuhkan waktu untuk mengubah kebiasaan mereka. Misalnya, bila harga kopi naik konsumen yang biasa minum kopi banyak (lebih dari tiga gelas perhari), sulit mengubah kebiasaan itu dalam jangka pendek. Akibatnya permintaan kopi dalam jangka pendek mengalami penurunan yang relatif sedikit dibanding dalam jangka panjang.
                 Kedua, kadang-kadang permintaan terhadap suatu barang berkaitan dengan barang lain, yang perubahannya baru terlihat dalam jangka panjang. Misalnya, bila harga BBM naik, maka konsumen segera melakukan penyesuaian dengan mengurangi jam pemakaian kendaraan, sehingga dalam jangka pendek elastisitas harga lebih besar. Tetapi konsumen tidak dapat mengubah jumlah stok kendaraannya, atau segera menggantikan kendaraannya dengan model yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar. Dalam dua atau tiga tahun kemudian, dengan mobil yang lebih efisien, penurunan BBM akan lebih besar. Sehingga elastisitas harga permintaan jangka panjang lebih besar daripada jangka pendek.
                 Sebaliknya untuk barang yang masa konsumsinya lebih dari setahun (barang tahan lama atau durable goods), permintaannya lebih elastis dalam elastis dalam jangka pendek dibanding jangka panjang. Misalnya, jika harga mobil naik 10%, dalam jangka pendek permintaan terhadap mobil dapat saja turun sekitar 15%. Tetapi dalam jangka panjang, karena banyak mobil yang harus diganti (replaced), pembelian akan naik lagi, sehingga penurunan permintaan dalam jangka panjang kurang dari 15%.













 








2) Elastisitas Pendapatan
             Elastisitas pendepatan dalam jangka panjang bagi barang nondurabel lebih besar dibanding jangka pendek. Jika pendapatan meningkat 20%, masyarakat yang tadinya hanya mampu makan gaplek, sekarang sebenarnya mampu membeli beras. Namun karena sudah terbiasa makan gaplek, mereka tidak segera mengganti konsumsinya ke beras. (Gaplek adalah bahan makanan yang berasal dari singkong dikeringkan, dapat dibuat makanan yang dinamakan tiwul sebagai pengganti nasi).
                        Sebaliknya barang durabel, elastisitas pendapatan dalam jangka pendek lebih besar dari pada jangka panjang. Jika pendapatan naik 25%, perubahan permintaan terhadap mobil dalam jangka pendek dapat mencapai misalnya 30%, tetapi dalam jangka panjang lebih kecil, karena seseorang tidak membeli mobil setiap tahun.

b. Elastisitas Penawaran
            Hampir semua barang memiliki penawaran yang lebih elastis dalam jangka panjang, dibanding dalam jangka pendek. Sebab dalam jangka panjang perusahaan mampu mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam jangka pendek. Misalnya, perusahaan mobil tidak mungkin membangun pabrik baru dalam waktu kurang dari satu tahun, tetapi dalam waktu tiga atau empat tahun. Dengan demikian kurva penawaran akan mobil dalam jangka panjang lebih elastis dibanding dalam jangka pendek.
            Untuk beberapa barang, penawaran dalam jangka pendeknya inelastis sempurna (Es = 0). Output sektor properti adalah salah satu contohnya. Bila di Jakarta ada 5.000 unit apartemen yang siap sewa, maka jumlah permintaan yang terpenuhi maksimal 5.000 unit. Misalnya dalam tiga bulan kedepan ada lonjakan permintaan sebesar 10.000 unit, maka kelebihan pemintaan itu tidak terspon oleh sisi penawaran. Sebab tidak mungkin membangun apartemen baru sebanyak 5.000 unit dalam tempo kurang dari tiga bulan.
            Tetapi ada juga barang yang penawarannya justru lebih elastis dalam jangka pendek, dibanding jangka panjang. Barang itu umumnya yang dapat didaur ulang (recycling). Misalnya logam besi untuk kebutuhan industri dapt diperoleh dari hasil primer pertambangan (primary metal). Dan atau hasil dari daur ulang.
            Primary metal mempunyai elastisitas penawaran dalam jangka panjang yang lebih besar dibanding dalam jangka pendek, baik karena kemajuan teknologi maupun cukupnya waktu untuk meningkatkan kapaasitas produksi. Sebaliknya dengan besi hasil daur ulang. Karena dapat terus didaur ulang, maka kurva penawaran dalam jangka panjangnya lebih inelastis dibanding dalam jangka pendek.
 








 









2.2 Aplikasi Konsep Elastisitas
       Sebagai bilangan yang menunjukkan tingkat sensitivitas suatu barang dikaitkan dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya, maka aplikasinya sangat luas, khususnya dalam kebijaksanaan penentuan harga. Dalam bagian ini, hanya dibahas dua contoh saja.
       a. Hubungan Elestisitas Harga, Penerimaan Total, dan Pendapatan Marjinal
                   Jika harga jual barang naik, dua kemungkinan ekstrem reaksi para manajer. Kemungkinan pertama mereka panik, mengira kenaikan harga menurunkan permintaan sehingga penerimaan turun. Kemungkinan kedua mereka bergembira, mengira kenaikan harga akan menyebabkan penerimaan meningkat. Sikap mana yang benar, sangat ditentukan oleh elastisitas harga.
                   Untuk barang yang permintaannya inelastis, kenaikan harga 10% akan menyebabkan penurunan permintaan lebih kecil daripada 10%, sehingga penerimaan total atau total revenue (TR) meningkat. Atau dapat dikatakan untuk barang yang permintaanya inelastis, pendapatan marjinal atau marginal revenue (MR) negatif. Barang yang permintaannya elastis, kenaikan harga 10%, akibatnya penerimaan total menurun. Dengan kata lain MR positif. Barang yang elastisitas permintaanya unitari, kenaikan harga 10% menurunkan permitaan sebesar 10% juga. Akibatnya TR tidak berubah, atau MR sama dengan nol. Dengan cara berpikir yang sama, kita dapat menyimpulkan apa yang terjadi jika harga turun. TR dapat didefinisikan sebagai harga (P) dikalikan dengan jumlah barang (Q) yang terjual. Sedangkan MR adalah tambahan penerimaan yang disebabkan oleh bertambahnya satu unit barang yang terjual, atau MR = dTR/dQ.


 




b. Pergeseran Beban Pajak (Tax Incidence)
                        Jika pemerintah memutuskan mengenakan pajak untuk barang mie instant, pengenaan pajak dibebankan kepada produsen. Siapakah yang diuntungkan? Sepintas tampaknya yang diuntungkan adalah konsumen, karena beban pajak ditanggung oleh produsen. Apakah benar demikian?
                        Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus memerhatikan sisi permintaan dan penawaran. Di sisi penawaran, sebagai produk industri, elastisitasnya relatif besar. Sementara di sisi permintaan, sebagai alternatif utama adalah nasi, permintaanya relatif inelastis. Maka distribusi beban pajak antara konsumen dan produsen adalah sebagai berikut.
                        Kondisi keseimbangan awal sebelum pajak adalah P0 dan Q0. Pajak sebesar T per unit menyebabkan kurva penawaran bergeser dari S0 ke S1. Koordinat keseimbangan berubah ke (P1, Q1).










 







                        Besarnya penerimaan pajak adalah jumlah unit yang terjual dikalikan T per unit sama dengan 0Q1 (P1-P2) atau sama dengan luas segi empat A dan C. Bidang A dan C aadlah bagian dari surplus konsumen dan surplus produsen yang hilang dan masuk ke dalam khas pemerintah sebagai penerimaan pajak. Berdasaarkan luas bidang, maka produsen berhasil menggeser sebagian besar beban pajak kepada konsumen (bidang A). Jadi kebijakan di atas relatif merugikan konsumen.
                        Kondisinya akan terbalik bila yang inelastis adlah kurva penawaran, sementara kurva permintaannya elastis. Bandingkan dengan contoh berikut.
                        Anjloknya nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing telah meningkatkan permintaan negara lain terhadap hasil kerajinan tangan Indonesia. Pemerintah ingin memanfaatkan keadaan itu untuk meningkatkan penerimaan pajak, dengan mengenakan pajak sebesar T per unit untuk setiap hasil kerajinan tangan yang dibeli. Agar tidak merugikan produsen yang pada umumnya pengusaha lemah, maka pajak dipungut kepada konsumen. Benarkah hal itu tidak merugikan konsumen? Karena produsen tidak menggunakan teknologi canggih, maka kurva penawaran relatif inelastis. Sementara karena alternatif pilihan cindera mata begitu banyak, maka kurva permintaan relatif elastis.


           

           





 


                    



    Pengenaan pajak kepada konsumen menyebabkan kurva permintaan bergeser dari D0 ke D1. Jumlah pajak yang berhasil dipungut oleh pemerintah seluas bidang segi empat A+C. Ternyata sebagian besar beban pajak ditanggung oleh produsen. Permintaan yang elastis membuat konsumen mampu menggeser beban pajaknya ke produsen. Jadi produsen (pengusaha kecil) dirugikan oleh kebijaksanaan pemerintah.

c. Teori Cobweb (Sarang Laba-laba)
Teori cobweb menjelaskan mengenai harga produk pertanian yang menunjukkan fluktuasi tertentu dari musim ke musim. Penyebab fluktuasi tersebut adalah reaksi terlambat (time lag) dari produsen (petani) terhadap harga.
Misalkan, pada musim pertama (musim 1) jumlah produk pertanian yang dihasilkan sebanyak Q1. Kita telah mengetahui bahwa barang-barang hasil pertanian merupakan barang non durable (tidak tahan lama). Itulah sebabnya jumlah Q1 tadi harus terjual habis pada musim itu juga dengan harga P1 (berdasarkan kurva permintaan D). Untuk selanjutnya para petani mungkin sekali mendasarkan keputusannya. Untuk selanjutnya, para petani mungkin sekali mendasarkan keputusannya untuk berproduksi pada harga yang berlaku di pasar (P1), sehingga jumlah yang ditawarkan pada musim berikutnya (musim 2) adalah sebanyak Q2 (sesuai dengan hukum penawaran), dengan anggapan bahwa harga tetap pada P1. Namun, dengan jumlah sebanyak Q2 di pasar, maka harga yang terjadi pada musim 2 adalah P2. Kemudian, petani merencanakan berproduksi selanjutnya sebanya Q3 pada musim P3. Dengan harga P3 ini pulalah petani membuat rencana produksi sebanyak Q4 pada musim 4, dan begitu seterusnya. Apabila proses ini terus berlangsung, fluktuasinya akan semakin mengecil dan akhirnya terjadi (equilibrium), dimana harga keseimbangan Pe dan jumlah yang diproduksi (dan dikonsumsi) sebanyak Qe. Pada tingkat ini terjadi kestabilan. Dalam proses tersebut tingkat harga menunjukkan fluktuasi (naik turun) dari satu musim ke musim lainnya. Proses ini dinamakan Cobweb atau sarang laba-laba.












BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
  1. Elastisitas jangka panjang dan pendek di lihat dari dimensi waktu perubahannya, jika dimensi waktunya satu tahun atau kurang, kita berbicara tentang elastisitas jangka pendek, bila lebih dari satu tahun kita berbicara elastisitas jangka panjang.
2. Sebagai bilangan yang menunjukan tingkat sentivitas suatu barang dikaitkan dengan variabel – variabel yang mempengaruhinya, maka aplikasinya sangat luas, khususnya dalam kebijaksanaan penentuan harga.












DAFTAR PUSTAKA
Pratama Rahardja dan Mandala Manurung.2008.Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi& Makroekonomi).Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

1 komentar:

  1. Baccarat Online - Play for Free and Win at FBSCasino
    The Best Live Casino Games · Baccarat · Blackjack · Poker 바카라 사이트 · Roulette · 1xbet Craps · Baccarat · kadangpintar Blackjack · Craps.

    BalasHapus